Jumat, Desember 05, 2008

Menanti seseorang

Segalanya berawal ketika benang usiaku menginjak 23 tahun. Dia salah satu dari teman baikku waktu itu. Entah pertimbangan dan keberanian apa yang dia miliki hingga tiba-tiba pinangannya datang padaku. Hanya Allah yang tahu apakah ada ketulusan dan niat baik ataukah sebatas emosi dibalik tawarannya. Kami hanya sebatas teman meski dia pernah menyatakan niat ta'arufnya padaku. Saat itu aku hanya tersenyum padanya. Ada satu keraguan bahwa aku tidak menemukan ketenangan di dalamnya.

Aku tidak mengerti mengapa aku selalu merasa tidak yakin dan takut tiap aku memikirkan tawarannya dan hidup bersamanya. Mungkin karena aku tidak merasakan sesuatu terhadapnya dan karena aku masih belum bisa melakukan banyak hal untuk orang-orang yang aku sayangi. Sebab itu aku kemudian menolaknya. Aku membagi semua ini pada seorang teman sebut saja namanya "Rhara". Entah bagaimana awalnya kami mulai berteman di pertengahan tahun 2002. Dia begitu pendiam sebab itu aku menyukainya, tentu saja sebagai sahabat.

Waktu terus berjalan sampai aku mendapatkan hatiku ada pada seseorang. Masa lalunya begitu buruk. Aku jadi teringat, dulu aku begitu membenci orang-orang seperti ini. Akan tetapi cinta memang tak bisa ditolak, datang tanpa permisi dan pergi tiba-tiba. Kebiasaan buruk sudah dia tinggalkan meski belum sepenuhnya. Sebenarnya dia orang yang hebat,setia dan perhatian. Aku tak pernah tau mengapa aku menyukainya.

Kembali keraguan itu mengusik ketenangan. Hati kecilku mengatakan dia bukan untukku. Bukan karena latar belakangnya, tetapi aku merasakan sesuatu yang lain dan sepertinya dia memang bukan untukku. Ternyata firasat itu benar. Meski sudah lama dia menaruh harapan padaku, tetapi aku tidak pernah menyadari dan aku terlambat memilihnya, sebab dia sudah terlanjur bersama yang lain. Semua harus berakhir karena dia ingin kami pacaran dulu dan aku tau itu sangat dilarang oleh Agama. Aku merasa sangat hancur. Sekali lagi aku membagi kesedihan ini bersama Rhara sahabat terbaikku. Dia selalu mendengarkan semua ceritaku dan mengatakan bahwa segalanya pasti akan beres. Aku amat bersyukur memiliki sahabat sebaik dia. Subhanallah...

Di tengah kekosongan dan nyaris putus asa, aku dihubungi dengan teman SMP, tanpa diduga dia pun menaruh harapan sejak SMP dulu, dan meminta aku menjadi yang istimewa.Dulu dia teman yang baik,sekarang aku tak tahu bagaimana orangnya karena sudah 8 tahun kami tak bertemu.Setelah dia mengetahui nomor handphoneku dari salah seorang sahabatku, tiap hari dia menelponku. Cara bicaranya kerap sekali menuju ke arah pernikahan meski itu samar dia mengutarakn niatnya untuk melamarku tapi mungkin tahun depan katanya.Namun aku tak bisa membalasnya. Rasanya sedih sekali aku harus menyakiti hati orang-orang yang menyayangiku. Aku tak mau berpura-pura menyukai orang dan aku tak mau berpacaran.waktu dia mengutarakan niatnya untuk meminangku aku hanya menjawab bahwa lebih baik kita mensholehkan diri kita dulu agar bias memahami makna pernikahan itu.Setelah itu dia menghilang.Bulan lalu,untuk pertama kalinya, setelah tamat SMp kami bertemu kembali.Tentu saja telah terjadi perubahan begitu banyak padanya.Kami biasa-biasa aja waktu bertemu berhubung kami berada di rumah sakit,menjenguk bapaknya yang lagi sakit.Bulan ini kami berkontak-kontak lagi.Katanya,bulan depan dia akan menikah dengan seseorang,... "Selamat untuk kalian" batinku berbisik pelan.InsyaAllah saya akan hadir dipernikahan kalian,jika diundang,jawabku waktu itu.

Waktu kian beranjak dewasa, aku masih tetap dengan aktivitasku. Aku sudah tak lagi memikirkan itu. Lebih baik aku pasrah dan melakukan hal-hal lain yang lebih penting yang bisa aku kerjakan. Di tengah kesendirian dan nyaris putus asa itulah datang seorang teman lama, menyatakan maksud hatinya dan ingin berniat baik padaku. Mengajak aku menikah. Aku memaksakan diri menerimanya. Aku benci pada diri sendiri sebab selalu merasa tidak yakin dengan niat baik itu. Aku belajar menerimanya tapi aku justru tersiksa. Akhirnya aku mengakhiri ta'arufnya secara sepihak, syukurlah dia mau mengerti dan tetap bersedia menjadi sahabatku.
Ramadahan lalu…seorang ikwan yang tak kukenal menghubungiku.Lewat pesan singkat(SMS) dia meminta biodataku.Tentu saja aku tak memberikannya.Dengan segala taujihnya tentang ta’aruf akupun membuka diri tapi hanya dengan namaku.Setelah itu dia hamper tiap hari menghubungiku.Tapi,berhubung ramadahan dan aku telah bertekad untuk konsentrasi pada ibadahku dibulan suci ini maka akupun memintanya untuk tidak menggangguku.Dia memohon agar aku tak melarangnya.Aku tambah tak mengerti dengannya.Aku meminta kepadanya untuk menghapus nomorku saja.Tapi dia tak mau.Akhirnya aku memutuskan untuk tidak melayani SMSnya.Lagi-lagi dia datang dengan dalih ingin ta’aruf dan punya niat untuk menuju pernikahan.Aku memintanya untuk membicaran masalah itu setelah ramadahan dan untuk sementara jangan menghubungiku dulu.Akhirnya dia setuju dengan syaratku.

Setelah lebaran dia datang lagi.Tapi dengan begitu banyak pertanyaan.Aku ragu padanya dengan niatnya.Kuputuskan untuk memintanya lagi untuk melupakanku.Aku tak mau terjebak oleh hubungan yang tak jelas.Awalnya dia tak setuju.Katanya ini adalah proses yang yang harus dilalui.Tapi menurutku itu telah terlalu lama.AKu tak mau niat baik yang semula diungkapkannya telah berubah. Aku sengaja menjaga jarak darinya, dan biasanya dia yang selalu menghubungiku. Tapi aku telah bertekad untuk tidak menghiraukannya lagi.Mungkin ini adalah jalan terbaik yang harus kupilih.Maafkan aku.

Kini usiaku sudah menginjak 1/4 abad, tak ada lagi semangat seperti muda dulu. Bahkan aku sudah kehilangan banyak kesempatan dan teman baik. Sementara niat untuk segera menyempurnakan 1/2 dien tak bisa lagi dipungkiri. Teman-teman sebaya sudah menikmati rumah tangganya masing-masing. Hanya pada Mu ya Rabb aku berserah diri. Engkau pasti sudah menyediakan seorang pilihan terbaik untukku. Tegarkan hati ini setegar hatinya, dan sabarkan kami menanti masa itu tiba... Allaahumma Aamiin.

***

Jangan menunda sesuatu yang menjadi sunnah Rasul dan jangan menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada, karena penyesalan selalu datang terlambat. Akan tetapi jangan pula tergesa-gesa tunggulah orang yang tepat.

-Yang menanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar